ANALISIS HIDROLOGI
Definisi
Hidrologi merupakan
faktor untuk memperkirakan persediaan air, perhitungan desain ekonomik, tinggi
optimum embung dan bendung untuk konservasi, kapasitas pelimpah dan besarnya
limpahan air. Data – data penunjang yang diperlukan diantaranya :
1) Data debit banjir yang pernah terjadi,
2) Data curah hujan, diperlukan untuk
analisis kapasitas/persediaan air dan analisis karakteristik debit banjir di
daerah calon embung.
3) Data debit banjir rencana, diperoleh
dari hasil perhitungan curah hujan maksimum rata-rata dan jangka waktu sampai
terjadi debit besar; sedangkan debit rencana diperoleh dari hasil perhitungan
curah hujan rencana dengan faktor-faktor kondisi daerahpengaliran. (SNI
03-2415-1991).
4) Kapasitas pengendalian banjir; desain
pelimpah harus memperhitungkan kapasitas limpah dan besarnya limpahan air. (SNI
03-3423-1994).
Acuan Normatif
Beberapa contoh acuan didalam melakukan analisis
hidrologi adalah sebagaai berikut :
1) SNI
03-1724, Tata cara perencanaan umum dan analisis hidrologi dan hidraulik untuk
desain bangunan di sungai.
2) SNI
03-2414, Tata cara perhitungan debit sungai dan saluran terbuka dengan alat
ukur arus dan pelampung.
3) SNI
03-2415, Tata cara perhitungan debit banjir.
Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Penting sekali untuk mengetahui
parameter terkait Daerah Aliran Sungai seperti :
1.
Luas (A)
2.
Panjang DAS (L)
3.
Kemiringan (Perbandingan Beda Tinggi/Selisih
elevasi hulu dan hilir dengan Panjang Sungai)
4.
Koefisien Limpasan
5.
Lebar DAS
Data
Hidrologi
Untuk analisis
hidrologi dibutuhkan data curah hujan dan
klimatologi yang mewakili lokasi
rencana bendung pada lokasi tersebut. Data hujan yang digunakan adalah data
pengukuran dari stasiun pengamatan curah hujan terdekat di sekitar lokasi.
Untuk
memberikan hasil yang dapat diandalkan, analisis probabilitas harus diawali
dengan penyediaan rangkaian data yang relevan, memadai dan teliti. Setelah
besarnya nilai curah hujan harian daerah diperoleh, maka perlu dipilih curah hujan harian maksimum tahunannya,
selanjutnya dianalisis probabilitas terjadinya berdasarkan pola distribusi yang
telah ditetapkan.
Perhitungan
Distribusi Curah Hujan Rancangan
Analisis Curah Hujan Rencana
a. Parameter
Statistik
Parameter
statistik DAS diperoleh dengan melakukan analisa terhadap data curah hujan maksimum pada DAS Parameter
statistik yang akan diperoleh adalah sebagai berikut:
· Hujan
rata-rata (
)
· Standar
deviasi (S)
· Koefisien
varian (Cv)
· Koefisien
skewness (Cs)
b. Analisis
Frekuensi Hujan Rancangan
Dari
data hujan maksimum DAS tahunan dianalisis frekuensi maka diperoleh hujan
rancangan kala ulang.
c. Uji
Kecocokan
Uji
kecocokan dilakukan untuk mengetahui bahwa pemilihan distribusi hujan rancangan
yang paling tepat dari beberapa pola distribusi yang ada. Ada 2 macam uji
kecocokan yaitu dengan Uji Chi-Kuadrat dan Uji Smirnov-Kolmogorov. Hitungan umunya
dilakukan dengan menggunakan rumus dalam buku Applied Hidrology, 1988, Ven Te Chow, et. al. Dari 2
uji kecocokan yang dilakukan maka dipilih hujan rancangan dengan distribusi yang dapat diterima.
Distribusi Hujan
Untuk mentrasformasi
curah hujan rancangan menjadi debit banjir rancangan diperlukan curah hujan
jam-jaman. Pada umumnya data hujan yang tersedia pada suatu stasiun meteorology
adalah data hujan harian , artinya data yang tercatat secara kumulatif selama
24 jam. Bila tidak tersedianya data curah hujan jam-jaman di lokasi rencana
maka untuk perhitungan distribusi hujan digunakan rumus Mononobe sebagai
berikut :
dimana:
Rt : Intensitas hujan rerata dalam T jam,
R24 : Curah hujan dalam 1 hari (mm),
t :
Waktu konsentrasi hujan (jam),
T :
Waktu mulai hujan
Sebaran
hujan di Indonesia berkisar antara 4 – 12 jam. Beberapa ahli umumnya
menggunakan angka 4-6 jam.
Hidrograf
Satuan Sintetik
Metode Nakayasu
Persamaan umum hidrograf satuan sintetik
Nakayasu adalah sebagai
berikut (Soemarto, 1987), dan dikoreksi untuk nilai waktu
puncak banjir dikalikan 0,75 dan debit puncak banjir
dikalikan 1,2 untuk menyesuaikan dengan
kondisi di Indonesia.
dengan:
Qp = debit puncak banjir (m3 /dt)
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan
hujan sampai puncak
banjir (jam)
T0.3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan
debit, dari debit puncak sampai menjadi 30 % dari debit puncak
Tp = Tg + 0.8 Tr
Tg = 0.21 L 0.7 Bila L < 15 km
Tg = 0.4 + 0.058 L Bila L > 15 km
T0.3 = Tg
dengan :
L = panjang alur sungai (km)
Tg
= waktu konsentrasi (jam)
Tr
= satuan waktu hujan diambil 0.25 jam
=
untuk daerah pengaliran biasa diambil nilai 2
Persamaan hidrograf satuannya adalah:
1. Pada kurva naik
0 t T dan Qt = ( t
/ Tp )2.4 x Qp
2. Pada kurva turun
Tp< t Tp + T0.3 dan
Tp +T , <
t T +2,5T dan
Metode Snyder
Gambar 2 Hidrograf
Satuan Sintetik Snyder
Dalam permulaan tahun 1938, F.F. Snyder dari Amerika Serikat telah membuat
persamaan empiris dengan koefisien-koefisien empiris yang menghubungkan
unsur-unsur hidrograf satuan dengan karakteristik daerah pengaliran. Hidrograf
satuan tersebut ditentukan secara cukup baik dengan hubungan ketiga unsur yang
lain yaitu Qp (m3/dt ), Tb serta Tr ( jam ).
Unsur-unsur hidrograf tersebut dihubungkan dengan :
A : luas
daerah pengaliran ( km2 )
L : panjang
aliran utama ( km )
Lc :
jarak antara titik berat
daerah pengaliran dengan pelepasan (outlet) yang diukur sepanjang aliran utama
Dengan unsur-unsur tersebut di atas Snyder membuat rumus-rumusnya seperti
berikut:
tp =
Ct ( L.Lc )0.3
te = tp
/ 5.5 ; tr = 1 jam
Qp
= 2.78
* ( cp.A / tp )
Tb = 72
+ 3 tp
Penggambaran kurva hidrograf satuan didasarkan pada parameter CP ( Peaking
Coeficient ) dan Tp ( Time Lag ). Metode Clark untuk memplot kurva hidrograf,
membutuhkan parameter Tc ( waktu konsentrasi ) dan R ( Koefisien tampungan).
Parameter tersebut didapat dari metode snyder, yang merupakan awal dari proses
iterasi Metode Clark.
Perhitungan iterasi dilakukan dengan sampai 20 kali atau nilai Cp (berkisar
0.4 – 0.8) dan Tp yang diberikan, memberikan kesalahan ± 1% dengan nilai hasil perhitungan Cp dan Tp. Secara
umum persamaannya adalah sebagai berikut:
ALAG = 1.048 ( Tpeak – 0.75 A )
Dimana
:
CPTMP : Koefisien
CP Snyder
ALAG : Time
lag Snyder, mempunyai durasi sama
dengan tp/5.5 (jam)
Time lag dapat diestimasikan dengan menggunakan persamaan Snyder :
ALAG= 0.75 * Ct * ( L * Lc ) n
Dimana :
Ct : Koef. Snyder ( 1.1 – 2.2 )
L : Panjang sungai ( Km )
Lc : Panjang sungai ke titik berat DAS ( km
)
n : koefisien
Parameter L dan Lc didapat dari peta topografi
A. Hidrograf Satuan Sintetik Gama-I
Bentuk
tipikal HSS Gama-I ditandai dengan parameter waktu naik (time of rise),
waktu dasar (base time) dan debit puncak (peak discharge) seperti
pada gambar di bawah.
Parameter
HSS Gama-I tersebut nilainya sangat dipengaruhi oleh beberapa sifat DAS sbb.:
1. Faktor-sumber (SF), yaitu perbandingan antara jumlah
panjang sungai-sungai tingkat satu dengan jumlah panjang sungai semua tingkat.
2. Frekuensi-sumber (SN), yaitu perbandingan antara
jumlah pangsa sungai-sungai tingkat satu dengan jumlah pangsa sungai semua
tingkat.
3. Faktor-simetri (SIM), ditetapkan sebagai hasil kali
antara factor lebar (WF) dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA).
4. Faktor-lebar (WF) adalah perbandingan antara lebar
DAS yang diukur dari titik di sungai yang berjarak 0,75 L dan lebar DAS yang
diukur dari titik di sungai yang berjarak 0,25 L dari tempat pengukuran.
5. Luas relatif DAS sebelah hulu (RUA) adalah
perbandingan antara luas DAS sebelah hulu garis yang ditarik melalui titik di
sungai terdekat dengan titik berat DAS dan tegak lurus terhadap garis yang
menghubungkan titik tersebut dengan tempat pengukuran, dengan luas DAS total
(A).
6. Jumlah pertemuan sungai (JN) yang besarnya sama
dengan jumlah pangsa sungai tingkat satu dikurangi satu.
7.
Kerapatan jaringan kuras (D), yaitu panjang sungai
persatuan luas DAS (km/km2).
Rumus-rumus empiris untuk menentukan parameter HSS
Gama-I adalah sbb.:
Hasil Perhitungan Debit Banjir
Analisis Debit Banjir
Rencana yang telah dianalisis dengan berbagai metode kemudian dikalibrasi
dengan data hasil pengamatan dilapangan. Kemudian dipilih metode mana yang
paling cocok dengan hasil pengamatan tersebut
Comments
Post a Comment